balas dendam!

Jangan kaget dulu dengan judul di atas. Ceritanya tidaklah sesangar judulnya. Ini adalah pengalaman konyolku kemarin. Begini ceritanya:

Seorang teman yang menjadi Caleg di kampungku, memintaku untuk membuatkan berbagai atribut kampanyenya; kaos, spanduk, kartu nama, stiker dan kalender. Hal pertama yang kulakukan adalah mengunjungi percetakan yang lumayan besar di kota Jogja, guna memesan beberapa produk cetakan.

Begitu masuk, akupun bertemu dengan customer servicers-nya. Mereka ada tiga orang, semuanya perempuan. Karena yang dua orang sedang melayani costumer, maka aku menemui yang satunya. Meski dia sedang tidak melayani costumer, tapi kelihatannya dia sedang sibuk menjawab telepon. Akupun duduk di depan mejanya, tanpa berbicara sedikitpun, takut mengganggu pembicaraannya di telepon.

Setelah beberapa menit, telepon pun ditutup, dan dia masih kelihatan sibuk dengan beberapa catatan di depannya. Aku masih diam, dan sedikitpun belum disapa. Aku tetap bersabar menunggu..

Beberapa saat dia masih kelihatan sibuk; periksa catatan, buka laci, berjalan ke lemari, ambil sesuatu, duduk lagi, periksa catatan… dan aku masih didiamkan, tanpa sapaan sedikitpun!

Kondisi itu berlansung hampr 15 menit. Aku berniat mau pindah ke petugas yang lain, tapi mereka juga sedang melayani costumer. Jadi, aku tetap bertahan di tempat dudukku, di depan meja si Mbak yang lumayan sibuk itu, sampai akhirnya dia menyapaku, “Ya Pak, ada apa?”. Oh my God!, dalam hati aku mengumpat: “Ya mau nyetak lah, masak mau beli beras!”. 😀

Akupun menyampaikan maksudku mau meng-order beberapa cetakan, dan diapun mulai menulis. Belum selesai aku menjelaskan spek pesananku, telepon di depannya kembali berbunyi, diangkatnyalah tanpa permisi kepadaku. Aku diam. Dia mulai ngobrol lagi di telepon. Selesai menelepon, pembicaraan kami lanjutkan. Belum selesai, lagi-lagi telepon berdering, diapun mengangkatnya, tapi kali ini dengan ucapan, “sebentar ya pak!”. Aku mulai kesal… 😦

Tidak lama kemudian, telepon ditutup, pembicaraan kami lanjutkan. Tapi, belum lagi beberapa kata meluncur dari mulutku, lagi-lagi telepon keramat itu berdering! Spontan dia angkat disertai ucapan, “sebentar ya pak!”. Hah… aku benar-benar kesal…!

Lebih kurang 5 menit kemudian, pembicaraan kami lanjutkan. Baru beberapa saat, tiba-tiba ada deringan telepon lagi. Kali ini bukan dari telepon di atas mejanya, tapi itu adalah deringan ha-pe ku! Aha… aku tersenyum bahagia, “ini saatku buat balas dendam“, batinku. Telepon ku angkat, ternyata dari salah seorang teman. Aku manfaatkan keadaan ini. Kamipun terlibat pembicaraan seru, dan sengaja aku ulur-ulur. Dari sudut mata, ku lihat si Mbak tadi menunggu dengan bengong. Puas sudah, dendamku terbalaskan, sekarang gantian dia yang nunggu, huahahaha… 😀

Setelah aksi meneleponku selesai, akhirnya pembicaraan kami bisa terselesaikan juga, dan pesananku pun sudah tercatat dengan baik, tanpa gangguan!

Keluar dari percetakan itu, aku senyum-senyum sendiri memikirkan kejadian tadi. Benar-benar konyol! Ngapain aku kok mau-maunya “balas dendam” seperti itu…? Gak mutu amat… 😀

Yah… dari pengalamanku ini, sebaiknya, perusahaan itu memisahkan antara petugas penerima order dan petugas penerima telepon. Sehingga costumer yang datang bisa terlayani dengan maksimal dan dengan ramah tentunya… 🙂

20 thoughts on “balas dendam!

  1. hahahaha…..kalo aku yang digituin, aku pasti langsung marah tuh bang ;p
    _____________________

    kalau dulu emang aku masih meletup2,
    tp sekarang…
    kan udah semakin matang dan gurih, hehe… 🙂

  2. wahahaha… gak papa.. balas dendam tanpa ada yang tau.. hanya untuk melegakan hati.. dari pada mengumpat bikin dosa.. 😀
    ____________________

    benar… yg penting hati lega, meski invisible… hehe… 🙂

  3. Huahahaha … si Uda …

    Ini mirip cerita bubur ayamku nih Da …

    Saya dapat merasakan ke masygul an Uda …

    Di kacangin di cuekin … di potong-potong pembicaraannya …

    hehehe
    _____________________

    iya iya, benar mirip cerita kita…
    btw, di perusahaan pak nh gak kayak gitu kan?

  4. kalo wempi tahu nohape da vizon, wempi bakal telp da vizon 5x saat itu juga, biar benar2 puas 😀
    ____________________

    nanti kalau ada kejadian seperti ini lagi, saya bakal misscalled wempi deh… hehe… 🙂

  5. haha! lucu banget pengalaman da vizon.
    sepertinya memang harus berimbang dulu posisi kedua pihak baru pembicaraan bisa lancar. *menghibur*

    betul, da, kalau memang sibuk sekali kondisinya, mestinya ada petugas yang khusus buat menerima telepon saja, sehingga pelayanan bisa penuh, baik untuk order per telepon maupun order langsung. *mantan pegawai toko mode:on*

    ngetik-ngetik, da. kalau teman itu jadi caleg, ada dong upah capeknya? *wikn wink* 😀
    _____________________

    semestinya karyawan itu diberi pelatihan excellent service dulu ya…

    upah capek?? ya iyalah… huahaha… 😀

  6. wah..

    Uda ini orangnya sabar yaah..
    Kalau saya sih udah yang bakal nyerocos panjang lebar! Lima menit pertama sih masih okay lah..
    tapi kalau sampai 15 menit?
    lalu ditinggal terima telepon lagi?

    Oh my God!
    Kesabaran saya nggak sampai sekelas Uda deh.. 🙂
    _____________________

    minjam istilahnya pak nh, waktu telah membuat kita semakin matang dan gurih…
    so, gak perlu lagi meletup2 kayak dulu tho? hehehe… 🙂

  7. Yah… dari pengalamanku ini, sebaiknya, perusahaan itu memisahkan antara petugas penerima order dan petugas penerima telepon. Sehingga costumer yang datang bisa terlayani dengan maksimal dan dengan ramah tentunya… 🙂

    betul tuh da…ntar kalo udah bikin perusahaan di praktekin..haha
    ____________________

    amin… semoga segera saya punya perusahaan sendiri… doain ya lex… 🙂

  8. Kalau aku kayak gini, baru tiga menit udah kutinggal pergi.
    Emang dia aja yang punya percetakan…
    Btw, nice story, bro…
    _____________________

    kalau ku tinggalin, gak bakal ada cerita balas dendam ini, hehe… 🙂

  9. Gyahahaha, sumpah kocak abiz pengalamannyaaa..
    Gyahahahaaaa….
    konyol!!!
    gimana ya catatan mbak yang tadi? punya blog juga ndak?? Gyahahaa
    _____________________

    mana sempat dia ngeblog, kan sibuk terima telepon, gak ada waktu buat duduk manis di depan komputer, hehehe…. 🙂

  10. Uda ini sabar banget ya, tapi keluar juga iseng-nya … hahaha. Memang di banyak perusahaan customer service-nya agak payah tuh, harusnya mereka belajar prime services (pelayanan prima) yg mendahulukan customer salah satunya dengan mengkhususkan penerima telpon dll.
    _____________________

    seharusnya memang setiap pegawai diberi pelajaran soal pelayanan prima gitu…
    tapi, semua kembali ke kesadaran masing2 sih pak. meski udah dapat pelatihan macam2, tapi kalau si pegawainya ndableg, ya tetap aja… 🙂

  11. masih untung Uda, dia bener-bener ngelayani, yang kesel kalo udah tunggu lama gitu, trus dia bilang:
    “Ohhh maaf pak, untuk urusan bapak bukan bagian saya…silakan ke meja sebelah” #%#%(‘&%(

    (pernah ngalamin gitu soalnya, makanya sekarang saya selalu tanya dulu sebelum nunggu hihihi)
    EM
    _____________________

    hehe… benar2 pengalaman yg menyebalkan ya mbak,
    tapi akhirnya kan bisa ambil pelajaran dari kejadian itu kan?
    itu yg penting… 🙂

  12. bls dndam terkadang dperlukan tuk penyadaran da…..
    klo ga ga sdr2 tuh plyan ada knsmen yg tdk dprioritaskan dan terlayani dgn baik……
    jgn kesringan da….bs addict lho…..:)

  13. wah, bikin malu orang Jogja kalo tidak tahu tata-krama seperti itu, mbaak.. 🙂
    (*@itu si mbak penerima telpon & order*)

    benar tuh kang… padahal jogja kan terkenal karena kesantunannya… 🙂

Leave a reply to Kang Nur Cancel reply