Setelah “Laskar Pelangi”, film”Garuda Di Dadaku” (GDD) patut dijadikan tontonan keluarga Indonesia. Meski film ini sederhana, tapi makna yang ditinggalkannya tidaklah sederhana. Makna yang mana tidak kutemukan dalam film “Ketika Cinta Bertasbih” (KCB), film yang digadang-gadang sebagai film terdahsyat tahun ini, dengan biaya yang sangat fantastis, sama sekali tidak memiliki visualitas apapun di benakku setelah menontonnya. GDD memberikan banyak pembelajaran dan hikmah buat kita, terutama soal kerja keras untuk mencapai tujuan dan nasionalisme.
Berikut sinopsis singkatnya yang kuambil dari 21cineplex.com:
Bayu, yang masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar, memiliki satu mimpi dalam hidupnya: menjadi pemain sepak bola hebat. Setiap hari dengan penuh semangat, ia menggiring bola menyusuri gang-gang di sekitar rumahnya sambil mendribble bola untuk sampai ke lapangan bulu tangkis dan berlatih sendiri di sana. Heri, sahabat Bayu penggila bola, sangat yakin akan kemampuan dan bakat Bayu. Dialah motivator dan “pelatih” cerdas yang meyakinkan Bayu agar mau ikut seleksi untuk masuk Tim Nasional U-13 yang nantinya akan mewakili Indonesia berlaga di arena internasional. Namun Pak Usman, kakek Bayu, sangat menentang impian Bayu karena baginya menjadi pemain sepak bola identik dengan hidup miskin dan tidak punya masa depan.
Dibantu teman baru bernama Zahra yang misterius, Bayu dan Heri harus mencari-cari berbagai alasan agar Bayu dapat terus berlatih sepak bola. Tetapi hambatan demi hambatan terus menghadang mimpi Bayu, dan bahkan persahabatan tiga anak itu terancam putus. Terlalu mulukkah impian Bayu untuk menjadi pemain sepak bola yang hebat?
Kesan paling penting yang ditinggalkan film ini di benakku adalah, agar kita para orangtua memberikan peluang sebesar-besarnya kepada anak untuk mengembangkan dirinya. Posisi kita bukanlah seperti dalang yang dapat mengarahkan wayangnya sesuka hati. Tapi, hendaklah memposisikan diri kita sebagai sutradara yang memberi kebebasan kepada pemainnya untuk berekspresi, namun tetap menjaga agar para pemain tersebut tidak keluar dari naskah. Posisi kita sebagai pengarah, bukan penentu.
Hal kedua yang memberi kesan mendalam adalah kerja keras Bayu untuk menggapai cita-citanya. Dia tetap fokus dan berhasil mengubah tantangan menjadi peluang. Itu semua dapat diraihnya berkat dukungan sahabat sejatinya. Film ini juga mengajarkan bagaimana sebuah persahabatan itu seharusnya dijalankan. Sahabat adalah memberi manfaat, bukan memanfaatkan.
Terakhir, tentu saja film ini meninggalkan kesan nasionalisme pada kita semua. Dan terasa sangat pas, karena audien yang dituju adalah anak-anak. Simbol burung garuda kontan menjadi simbol yang membanggakan. Apalagi dengan lagu yang menjadi soundtracknya adalah yel-yel tim nasional PSSI setiap kali berlaga:
Garuda di dadaku…
Garuda Kebanggaanku,
kuyakin hari ini pasti menang…
Kobarkan semangatmu,
tunjukkan kegigihanmu,
kuyakin hari ini pasti menang
(dinyanyikan seperti lagu daerah Maluku, Apuse)
Aku sangat menyarankan kita semua untuk menontonnya. Akan lebih mengasyikan lagi bila menontonnya bersama dengan anak atau keponakan. Kemarin, untuk pertama kalinya, aku mengajak keempat anakku menonton di bioskop. Seru, benar-benar seru. Tapi, yang tidak seru-nya adalah, mereka menuntut minta dibelikan kaos timnas yang berlambang Garuda di dada-nya… Oh no, bangkrut bandar…! 😀
Gambar dan sinopsis diambil dari sini
Pertamaxx!!
kayaknya bagus tuh uda filmnya..
nungguin di youtube aja deh hehehe..
Ya…anak-anak Indonesia sekarang memang perlu disuguhi tontonan mendidik yang seperti itu. Ada unsur motivasi diri. Ada unsur nasionalisme. Ada unsur persahabatan. Ada unsur pendidikan buat orang tua. Pkoknya film yang harus ditonton…. Oalah…emangnya saya udah nonton? Kok bisa2nya ngasih komen kayak orang yang dah nonton aja..hehehe
Sebenernya sineas kita bisa kok buat film yg bagus-bagus, kalau mau. Buktinya seperti yg sudah jadi pembicaraan seperti ini kan … Mudah-mudahan ke depan makin banyak film berkualitas dan menggugah seperti ini …
Filmnya kayaknya menarik, nasionalis dan seperti kembali ‘menggali’ permukaan Pancasila yang sedang ramai “dikubur” seusai reformasi, Uda 🙂
Soal kaos sepakbolanya, kayak ini ya?
Aku beli sebelum berangkat kemari, dan tiap aku pake itu.. aduh, senang betul aku mengenakannya 🙂
Hidup INDONESIA! Hidup PANCASILA!
Filem yang sederhana tapi membawa kesan yang luar biasa itu kan malah lebih baik, dari pada filem yang mahal tapi pengaruhnya buruk kepada orangyang melihatnya! terima kasih
Sorry Uda, salah.. maksudku ini: (http://www.facebook.com/photo.php?pid=1711440&id=589631892)
Ini bukan karena kemaruk seperti yang dibilang di blog sebelah lho ya, tapi sumprit, beenran salah link tadi..:)
walaupun belum nonton, tp pernah dengerin lagunya
bikin merinding dan NASIONALI abisss….
beliin kaosnya donk ? hihihihi
KCB = Ketika Cinta BERSAMBUNGGG (cape deh)
YA …
Ini film bagus sepertinya …
dan kembali dibintangi (salah satunya) oleh Ikranagara kalau tak salah …
Pas banget liburan lagi …
Mudah-mudahan memberi inspirasi …
Nasionalisme itu masih ada …
Semangat itu masih ada …
(dan ya … saya terngiang-ngiang theme song lagu yang diambil dari Apuse itu …)
(en saya merinding … padahal saya belum menonton filmnya)
Mudah-mudahan garuda di dada saya masih ada …
dan akan terus saya jaga …
agar tetap disana !!!
MERDEKA !!!
Uda, salah seorang teman saya bekerja untuk film ini. Yang lucu adalah pada saat casting untuk mencari pemain Bayu. Sutradaranya pada saat itu tidak ingin peran utamanya anak yang sudah pernah main film, Mau nya betul-betul fresh dan benar benar bisa main sepak bola. castingnya keren-keren. Bahkan anak seorang presenter olahraga yang pernah bikin iklan sama Delpiero aja ikutan 🙂 tapi dia kalah sama si pemeran Bayu yang sekarang…
Aku belum nonton Uda, padahal aku punya undangan premierenya dari temanku itu 🙂
Mungkin nonton sama Tangguh, lucu kali ya? hehehe….
And Yess….film ini menyentuh dengan caranya sendiri. Bikin kita bangga jadi orang Indonesia, dan herannya…denger lagu Garuda di dadaku itu kok ya bisa-bisanya merinding! heran! moga-moga itu sebagai tanda bahwa kita masih punya rasa nasionalisme ya Uda 🙂
Hahaha..aku link tulisan uda ini ke temanku yang ikutan ada di belakang layar film ini. Dia pasti senang sekali membaca ulasan Uda 🙂
kami akan nonton bareng di padang niy da..hahaha rame-rame lagi kayak nonton di laskar pelangi….hampir 40 orang mulai dari yang kelas 6 SD hingga yang udah beranak pinak hahaha
Semoga saja bukan hanya dalam film
Wah.. sayang disini belum ada itu Film dan lagunya… tetapi membaca tulisan ini saya jadi bisa membayangkan semangat Nasionalisme yang tergugah disana… jadi ingat lagunya Alm. Gombloh… Gebyar .. Gebyar…. sangat membakar semangat Nasionalisme kita… OOT yah… he.. he.. he…
Ngomong-ngomong soal nasionalisme, apa mengagumi sepak bola luar negeri, macam liga spanyol, itali dan inggris itu bisa dibilang tidak nasionalis ??
Hheee …
Nggak lah ya, justru mimpi untuk bisa punya gaji Rp 3.2 M seperti Kaka itu jugal bisa memotivasi anak-anak untuk menjadi pesepakbola. Dan tentu saja yang paling utama, membawa Indonesia ke Piala Dunia.
😀
wah, kalo mo nonton mesti nyetir 155km neh.. 3.5 jam
aku seteguh, sekuat & segigih Bayu gak ya? 😦
wakakaakk… penutupnya itu bikin ngakak banget, da!
bangkrut bandaaarr…
film-film begini memang membangkitkan rasa bangga ya, da? bahkan sewaktu mencoba menyanyikan lagu garuda di dadaku itu tengkuk saya sempat meremang
kayak lihat pocong. uh, jadi pengen nonton deh.waaah…harus nonton nih..
uda…apa kabarnya nih ?? salam untuk nyonya dan anak anak ya…
(sekali lagi dengan komentar berbeda ..he..he)
Afwan belum lihat pilem kedua-duanya, secara di bioskop sini gak muter ..he..he
Cuma mau ngomentari soal nasionalisme, bukan berarti saya gak nasionalis lho :), karena kata Friedman The World is flat, jadi gak relevan lagi lah untuk ngomongin nasionalisme saat ini , Secara dunia udah borderless ..halah
Setidaknya kalau ditanyakan ke sodara-sodara kita yang tinggal di perbatasan dengan negara lain, bagi mereka nasionalisme gak bikin kenyang 😛
Nasionalisme cuma dagangan politik untuk yang maju jadi politisi atau presiden.
Anyway …masuk dalam list yang ditonton nanti kalau balik kampung :P, thanks Uda 🙂
*bangga jadi orang Indonesia*
wah, hari ini siang tadi saya baru nonton bareng anak2 dan istri, Uda. dan bagusnya… untung mereka nggak minta kaos tim itu, Uda. tapi, mereka mengajak ke gramedia dan langsung mborong buku. ya akhirnya sama saja… bandar kebobolan ! 😀
Tanpa mengurangi rasa hormat pada sutradara senior, KCB menurutku memang kurang greget, mungkin karena terlalu banyak ceramah…..tapi di satu sisi pengarang puas karena tak menyimpang dari novelnya. Bagiku AAC lebih bagus…tapi entah KCB kedua nya.
Tak sabar mau menonton GDD…karena memang sudah ditunggu lama…tapi mesti nunggu libur akhir pekan dulu….
Saya pengin nonton nih. Masih diputar nggak ya di Yogya? Nontonnya dimana Da? Di Amplaz atau di XXI?
Hehehe … ternyata banyak juga teman bloger yang merangkap jadi bandar. Saya juga jadi bandar bagi keponakan-keponakan saya, juga sering bangkrut dan kebobolan. Salam bandar ! 😀
Nah…isa jadi list fim selanjutnya nih da *padahal film2ku blom pada semua di tonton*
dan di postingan ini aku baru tau uda ternyata jadi bandar toh…wakakakakaka
aku suka bangggggggggeeeeeeeeeetssss ma film nich betul2 menyentuh